Editor : Mudji Sutrisno, In
Bene, Hendar Putranto
Penerbit : Koekoesan
Harga buku: Rp. 37.500
Pemesanan
: sms 08122742231/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/
Sinopsis
Munculnya kritik tergadap teori-teori besar kebudayaan – yang
hanya merangkum gejala besar kebudayaan seperti peradaban, ‘K’ebudayaan (huruf
besar) seta bingkai teoritik yang logis rasional – menaruh manusia sebagai ‘sang
pencari makna hidup’ dalam komunitasnya. Dengan kata lain, manusia menjadi
peziarah nilai hidup yang dirajut untuk menjalani hidup dalam
tingkatan-tingkatan common sense (akal sehat), ilmu pengetahuan, estetika dan
agama. Bagaimana menafsirkan hubungan
antara capital, informasi teknologi, kuasa iklan, dan hasrat konsumtif dalam
dinamika budaya? Cultural studies menempatkan diri di sini tanpa mau
berpretensi menjadi penafsir satu-satunya dan mengagumkan monopoli tafsiran.
Jurang besar antara budaya populer yang massal semakin
menganga berhadapan dengan budaya elite yang adiluhung. Apakah hanya karena
tidak dibakukannya patokan kebudayaan agung? Atau sebenarnya, kegagalan para
teoritikus kebudayaan adiluhung yang terjadi karena ketidakmampuan membaca
fenomena arus deras budaya massa yang dipacu oleh konsumsi hasrat naluri
manusia, hingga orang – orang ini saat ini berani mengatakan “I buy therefore I
exist”? Di sini cultural studies mau mencoba membaca, menafsirkan dan mengurai
hubungan antara ekonomi da kebudayaan.
Pengandaian (asumsi) setelah poskolonialis Sigmund Freud
diperdalam oleh Jacques Lacan (“L’Ecrits”, 1967) yang menyimpulkan bahwa ‘bahasa’
itu ‘terbatas’ hanya merumuskan yang secara logis, sadar dan rasional saja,
sementara yang diluar tidak diungkapkan lewat bahasa! Apa konsekuensinya untuk
kajian-kajian kebudayaan ? Cultural Studies ingin mengisi celah-celah yang
menjadi ranah-ranah penjelajahan pembacaan budaya lewat simbol-simbol, ekspresi
irasional atau ungkapan histeria serta hasrat.
–hasrat yang dengan bahasa-bahasa selain logis dan sistematis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar