Selasa, 31 Maret 2015

GERAKAN KOMUNISME ISLAM SURAKARTA 1914-1942

Judul : GERAKAN KOMUNISME ISLAM SURAKARTA 1914-1942
Penulis: Dr. Syamsul Bakri
Penerbit : Lkis
Thn terbit : 2015
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp. 85.000

Pemesanan : sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/ empuonline@gmail.com/ twitter : @empuonline




Sinopsis

Dalam penggalan sejarah pergerakan di Indonesia, terdapat komunitas masyarakat yang melakukan aktualisasi ajaran Islam dalam gerakan komunisme. Hal ini dilakukan dengan jalan titik temu, dan menghilangkan pemahaman yang menjauhkan diantara keduanya. Adaptasi ini kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan sinkretik, keduanya berpadu dalam sebuah gerakan yang dikenal dengan nama komunisme Islam. Ideologi perlawanan ini muncul dan berkembang sebagai reaksi terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Penindasan , penguasaan kolonial, dan diamnya para pemimpin yang secara legal formal mewakili aspirasi umat Islam. Gerakan ini mendapat dukungan massa yang luas, terutama kaum santri di Surakarta.

Buku ini secara akademis memberikan kontribusi keilmuan dalam disiplin Sejarah Kebudayaan Islam, terutama dalam paparan dan rekonstruksi penggalan sejarah tentang munculnya komunisme Islam. Sebuah gerakan sosial politik bernuansa keagamaan pada masa pergerakan. Karya ini juga memberikan kontribusi dalam pengembangan disiplin pemikiran Islam. yakni adanya varian interpretasi Islam dalam perspektif komunisme.

Mengenai Kami



Gudang Buku Sosial (www.bukusosial.blogspot.com) didirikan dengan visi dan misi untuk mengembangkan wacana pemikiran sosial di masyarakat. Membantu untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui buku-buku sosial budaya dan buku-buku penunjangnya supaya menjadi bangsa yang berkarakter.

Gudang Buku Sosial (www.bukusosial.blogspot.com ) adalah wujud sumbang sih membagi pengetahuan sekaligus juga lini penjualan online dari Toko Buku Empat Putra yang beralamat di : Komplek Taman Pintar no. 20 jl. Sriwedani Yogyakarta



Untuk LAYANAN CEPAT silahkan:

SMS 085878268031

Add pin BB 234FB00C

Email : empuonline@gmail.com atau empu_online@yahoo.com

BEREBUT KIRI

Judul : BEREBUT KIRI Pergulatan Marxisme Awal di Indonesia 1912-1926
Penulis: Zainul Munasichin
Penerbit : Lkis
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp. 63.000

Pemesanan : sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/ empuonline@gmail.com/ twitter : @empuonline




Sinopsis

Dalam kajian sejarah Indonesia wacana “kiri” pernah menjadi sebuah kecenderungan utama. Ia seperti mengisyaratkan sebuah gugatan, sebuah upaya untuk berkata “tidak” pada satu rezim yang selalu berpihak kepada orang kuat, sebuah upaya menolak kooptasi modal dan membela mereka yang lemah. Namun, sejak rezim Orde Baru bertakhta, wacana kiri (atau kekiri-kirian) menjadi sesuatu yang haram untuk dijamah. Stigma yang dimunculkan; “kiri” itu penggangu, perusuh, dan ancaman bagi “stabilitas nasional”.

Stigma itu kini memang belum pudar benar dari bawah sadar masyarakat Indonesia. Tetapi, sejak Orde Baru lengser, kita bisa merasakan munculnya benih-benih kesadaran bahwa wacana kiri perlu diperkenalkan kembali. Terutama wacana-wacana sejarah menyangkut marxisme, sosialisme, atau komunisme, yang muncul pada awal abad ke-20 (1912-1926), sebagai respons terhadap kemerosotan-kemerosotan ekonomi akibat industrialisasi Hindia-Belanda.

Senin, 30 Maret 2015

Politik dan Grafiti



Judul : Politik dan Grafiti
Penulis: Rias Fitrian Indriyati
Penerbit : POLGOV UGM
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp. 40.000

Pemesanan : sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/ empuonline@gmail.com/ twitter : @empuonline


Sinopsis

Belum banyak orang menyadari bahwa politik tidak saja berada dalam ranah lembaga-lembaga formal seperti negara, tapi juga sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, politik sebenarnya bersifat sangat cair, termasuk dalam hal strategi penyampaian aspirasi politik yang dapat dilakuka melalui media gambar. Perspektif daily politics ini digunakan untuk melacak fenomena grafiti di Yogyakarta. Grafiti sebenarnya merupakan media komunikasi politik sehari-hari yang berisi berbagai masalah sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Keberadaan grafiti pada tembok jalanan yang notabene merupakan ruang publik juga mengandung relasi kuasa antar berbagai aktor. Studi ini menemukan indikasi bah ternyata dunia grafiti telah “dimanfaatkan” oleh para pemilik modal, kelompok sosial dan budaya yang dominan, serta negara. Dengan kata lain, dunia grafiti telah mengalami “kromonisasi” atau penjinakan (domestication). Sebagai konsekuensinya, grafiti bukan sekadar media dan representasi realitas sehari-hari versi grafiti, tetapi juga telah menjadi media dari representasi kelompok-kelompok dominan.

Transformasi Strategi Gerakan Petani



Judul : Transformasi Strategi Gerakan Petani
Penulis: Rizza Kamajaya
Penerbit : POLGOV UGM
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp. 45.000

Pemesanan : sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/ empuonline@gmail.com/ twitter : @empuonline


Sinopsis

Pasca jatuhnya rezim otoritarian Orde Baru, konstelasi politik di Indonesia diwarnai dengan munculnya berbagai organisasi rakyat dalam berbagai sektor, seperti buruh, nelayan, kaum miskin kota dan tentunya petani. Partisipasi politik yang macet selama kurun waktu 32 tahun telah menemukan momentum kebangkitannya. Dalam hal ini, kehadiran organisasi rakyat yang dapat dimaknai sebagai sebuah bentuk aktualisasi gerakan bawah tanah yang hidup secara sembunyi-sembunyi sewaktu rezim Orde Baru berkuasa.

Gerakan Petani Batang menjadi salah satu kasus yang muncul di era transisi demokrasi. Melalui sebuah wadah kolektif perjuangan yang bernama Forum Perjuangan Petani Batang atau disingkat FPPB, para petani Batang berusaha mengambil alih kembali tanah mereka yang diakuisisi negara ketika rezim Orde Baru berkuasa. Strategi reclaiming menjadi titik tolak petani untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Bagi forum Perjuangan Petani Batang, transformasi ini kemudian termanifestasikan dalam suatu skema gerakan politik formal. Gerakan yang nantinya berusaha merebut kepemimpinan politik pemerintahan di tingkat lokal, baik lembaga eksekutif (mulai dari Pemerintahan Desa hingga Pemerintahan Kabupaten), maupun lembaga legislatif (DPRD Kabupaten). Peranan baru yang dimainkan organisasi ini tak lain dan tak bukan diorientasikan sebagai usaha untuk merepresentasikan kepentingan petani dalam struktur pemerintahan yang dengan sendirinya juga akan terakomodasi dalam produk-produk kebijakan pemerintah. Hal ini diharapkan menjadi titik tolak bagi penyelesaian secara tuntas kasus sengketa tanah petani anggota FPPB.

Minggu, 29 Maret 2015

Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah



Judul : Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Penulis: Josef Riwu Kaho
Penerbit : POLGOV UGM
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp. 75.000

Pemesanan : sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/ empuonline@gmail.com/ twitter : @empuonline


Sinopsis

Agaknya, kutipan berikut telah cukup tepat mewakili isi buku ini: “Lain daripada itu, dalam Negara yang menganut paham demokrasi seharusnya diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk ikut serta dalam pemerintahan. Semboyan daripada demokrasi ialah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kalau semboyan ini benar-benar hendak direalisasikan, maka tidaklah cukup dengan melaksanakannya pada tingkat Nasional atau Pusat saja tetapi juga pada tingkat Daerah.

Hal ini berhubungan langsung dengan kenyataan bahwa di dalam wilayah Negara itu terdapat masyarakat-masyarakat setempat yang masing-masing diliputi oleh keadan khusus setempat sehingga masing-masing masyarakat mempunyai kebutuhan-kebutuhan/kepentingan-kepentingan khusus yang berbeda dari Daerah ke Daerah. Mengusahakan, menyelenggarakan kepentingan masyarakat setempat itu (mengurus rumah tangga Daerah) sebaiknya diserahkan kepada rakyat Daerah itu sendiri. Jadi dasar, maksud, alasan, dan tujuan kedua bagi adanya Pemerintahan Daerah adalah: pelaksanaan demokrasi, khususnya demokrasi di/dari bahwa (grass roots democracy).”

Jumat, 27 Maret 2015

BLANDONGAN Perebutan Kuasa Budaya Masyarakat Jawa dan Madura



Judul : BLANDONGAN Perebutan Kuasa Budaya Masyarakat Jawa dan Madura
Penulis: Yongki Gigih Prasisko
Penerbit : LPRIS
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp. 40.000

Pemesanan : sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/ empuonline@gmail.com/ twitter : @empuonline


Sinopsis

Perjalanan historis migrasi orang Madura ke pulau Jawa, khususnya ke pesisir utara Jawa Timur menghasilkan konsekuensi sosial dan kultural atas terjalinnya hubungan antara orang Jawa dan Madura. Secara kultural, orang Madura mendapatkan penamaan dan katakteristik negatif dari orang Jawa, sedangkan konsekuensi sosialnya adalah perkawinan campur antara orang Jawa dan Madura. Di desa Maosari sebagai tempat di mana orang Jawa dan Madura hidup berdampingan, muncul istilah Blandongan untuk menamai anak hasil perkawinan campur antara Jawa dan Madura.

Penamaan blandongan unutk orang campur Jawa-Madura merupakan prakter eksklusi pihak Jawa, karena dalam konsepsi Jawa, blandongan bermakna negatif yakni pencuri kay dan pentolan geng kejahatan yang identik dengan orang Madura, artinya blandongan telah di Madura-kan oleh pihak Jawa. Terkuak kepentingan bahwa pihak Jawa masih belum mengamini perkawinan campur, khususnya antara Jawa dengan Madura. Di pihak lain, orang Madura  menggunakan identitas blandongan untuk melawan otoritas pemaknaan Jawa, dengan tidak menerima makna blandongan sebagai maling kayu dan pentolan geng kejahatan. Dalam konsepsi Madura, blandongan hanya bermakna orang campur Jawa-Madura. Blandongan dalam konsepsi Jawa dieksklusikan dan ditempatkan pada posisi subordinat setara dengan orang  Madura, sedangkan dalam konsepsi Madura, blandongan diinklusikan dengan memberi kualitas tengah-tengah, tidak sepenuhnya Jawa dan bukan seutuhnya Madura, ia adalah Jawa Madura.