Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke Sosialisme
Penulis: Tzen Po Ta
Penerbit : Kreasi Wacana
Harga buku: Rp 20.000
Pemesanan
: sms 08122742231/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/
Sinopsis
“Desa
Mengepung Kota” sepotong kalimat yang pernah terlontar mewakili paranoid Soeharto menjelang
keruntuhannya. Sebuah ketakutan tanpa dasar. Sebab kenyataannya desa-desa di
Indonesia selama bercokolnya Orde Baru tak lagi memiliki kelamin revolusioner.
Sepanjang Orde Baru, rakyat–yang kebanyakan tinggal di desa–bukan saja
kehilangan kekuatan revolusionernya, tapi juga posisi tawarnya dalam
pembangunan. Proses sterilisasi secara sistemik itu pun berbuah ketika
masyarakat desa hanya diam saat segala sumber daya-nya dihisap oleh setan-setan
kota.
Proyek
sterilisasi dapat berjalan akibat tumpulnya kesadaran rakyat pada fenomena
kapitalisme global. Jargon seperti setan-setan desa, antek-antek Amerika dan kapitalisme
berdasi seperti yang diperkenalkan
PKI tampaknya lebih ditujukan untuk menghantam musuh fisik daripada penyadaran
kolektif rakyat. Dengan statemen itu PKI tidak melakukan pencerdasan terhadap
rakyat, tetapi menggunakannya untuk sekadar memobilisasi massa demi kepentingan
partai. Demikian juga dengan partai populis
lainnya. Maka ketika Orde Lama jatuh, tak ada kesadaran yang tumbuh mewakili
semangat jargon tersebut. Dan tanpa kesadaran itu sangat mudah bagi penguasa Orde
Baru untuk mengeruk keuntungan dari rakyat. Lebih jauh dari itu, tumpulnya
kesadaran tersebut menjadikan hilangnya kontrol rakyat atas eksploitasi oleh
kekuatan asing yang bekerja sama dengan penguasa Orde Baru.
Lewat
sosok Mao Tze Tung, buku ini mengantarkan kita untuk menata kembali puing-puing
perlawanan pada imperialisme global. Meski sejarah mencatat bahwa revolusi
kebudayaan Mao gagal–sehingga Tiongkok tak mampu melepaskan diri dari
perekonomian pasar–dan hanya berhasil membangun revolusi sosial. Namun sebagai
sebuah cita-cita besar, Revolusi Mao memberi inspirasi bagi perjuangan bangsa
Asia ke arah tata sosial yang lebih adil.
“Awas, setan-setan imperialis internasional gentayangan!” Mao
memperingatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar