Rabu, 12 Juni 2013

MAO TZE TUNG



Judul : MAO TZE TUNG
            Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke Sosialisme
Penulis: Tzen Po Ta
Penerbit : Kreasi Wacana

Harga buku: Rp 20.000

Pemesanan : sms 08122742231/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/

Sinopsis

“Desa Mengepung Kota” sepotong kalimat yang pernah terlontar mewakili paranoid Soeharto menjelang keruntuhannya. Sebuah ketakutan tanpa dasar. Sebab kenyataannya desa-desa di Indonesia selama bercokolnya Orde Baru tak lagi memiliki kelamin revolusioner. Sepanjang Orde Baru, rakyat–yang kebanyakan tinggal di desa–bukan saja kehilangan kekuatan revolusionernya, tapi juga posisi tawarnya dalam pembangunan. Proses sterilisasi secara sistemik itu pun berbuah ketika masyarakat desa hanya diam saat segala sumber daya-nya dihisap oleh setan-setan kota.


Proyek sterilisasi dapat berjalan akibat tumpulnya kesadaran rakyat pada fenomena kapitalisme global. Jargon seperti setan-setan desa, antek-antek Amerika dan kapitalisme berdasi seperti yang diperkenalkan PKI tampaknya lebih ditujukan untuk menghantam musuh fisik daripada penyadaran kolektif rakyat. Dengan statemen itu PKI tidak melakukan pencerdasan terhadap rakyat, tetapi menggunakannya untuk sekadar memobilisasi massa demi kepentingan partai. Demikian juga dengan partai populis lainnya. Maka ketika Orde Lama jatuh, tak ada kesadaran yang tumbuh mewakili semangat jargon tersebut. Dan tanpa kesadaran itu sangat mudah bagi penguasa Orde Baru untuk mengeruk keuntungan dari rakyat. Lebih jauh dari itu, tumpulnya kesadaran tersebut menjadikan hilangnya kontrol rakyat atas eksploitasi oleh kekuatan asing yang bekerja sama dengan penguasa Orde Baru.

Lewat sosok Mao Tze Tung, buku ini mengantarkan kita untuk menata kembali puing-puing perlawanan pada imperialisme global. Meski sejarah mencatat bahwa revolusi kebudayaan Mao gagal–sehingga Tiongkok tak mampu melepaskan diri dari perekonomian pasar–dan hanya berhasil membangun revolusi sosial. Namun sebagai sebuah cita-cita besar, Revolusi Mao memberi inspirasi bagi perjuangan bangsa Asia ke arah tata sosial yang lebih adil. “Awas, setan-setan imperialis internasional gentayangan!” Mao memperingatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar