Judul : BLANDONGAN Perebutan
Kuasa Budaya Masyarakat Jawa dan Madura
Penulis: Yongki Gigih
Prasisko
Penerbit : LPRIS
Kondisi : Baru
Harga buku: Rp. 40.000
Pemesanan : sms 085878268031/ pin
BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/ empuonline@gmail.com/ twitter :
@empuonline
Sinopsis
Perjalanan historis migrasi orang
Madura ke pulau Jawa, khususnya ke pesisir utara Jawa Timur menghasilkan
konsekuensi sosial dan kultural atas terjalinnya hubungan antara orang Jawa dan
Madura. Secara kultural, orang Madura mendapatkan penamaan dan katakteristik
negatif dari orang Jawa, sedangkan konsekuensi sosialnya adalah perkawinan
campur antara orang Jawa dan Madura. Di desa Maosari sebagai tempat di mana
orang Jawa dan Madura hidup berdampingan, muncul istilah Blandongan untuk
menamai anak hasil perkawinan campur antara Jawa dan Madura.
Penamaan blandongan unutk orang
campur Jawa-Madura merupakan prakter eksklusi pihak Jawa, karena dalam konsepsi
Jawa, blandongan bermakna negatif yakni pencuri kay dan pentolan geng kejahatan
yang identik dengan orang Madura, artinya blandongan telah di Madura-kan oleh
pihak Jawa. Terkuak kepentingan bahwa pihak Jawa masih belum mengamini
perkawinan campur, khususnya antara Jawa dengan Madura. Di pihak lain, orang
Madura menggunakan identitas blandongan
untuk melawan otoritas pemaknaan Jawa, dengan tidak menerima makna blandongan
sebagai maling kayu dan pentolan geng kejahatan. Dalam konsepsi Madura,
blandongan hanya bermakna orang campur Jawa-Madura. Blandongan dalam konsepsi
Jawa dieksklusikan dan ditempatkan pada posisi subordinat setara dengan
orang Madura, sedangkan dalam konsepsi
Madura, blandongan diinklusikan dengan memberi kualitas tengah-tengah, tidak
sepenuhnya Jawa dan bukan seutuhnya Madura, ia adalah Jawa Madura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar