Penulis: Thomas L. Friedman
Penerbit : Dian Rakyat
Kondisi : Baru
Harga buku: Rp 100.000
Pemesanan
:
sms 08122742231
pin BB: 234FB00C
email : empu_online@yahoo.com
TERJUAL
Sinopsis
Buku yang ditulis oleh Thomas Friedman, seorang
reporter dan penulis kolom hubungan luar negeri di harian The New York Times,
ini merupakan sebuah penggambaran yang komprehensif dan deskriptif mengenai
realita atas dunia yang “rupanya datar”. Diawali pada tahun 2000an saat
melakukan perjalanan kerja ke Bangalore, India Selatan bersama empat orang
rekan dari siaran televisi Discovery Times, Friedman dikejutkan dengan
serangkaian fakta bahwa di sebuah wilayah kecil pada negara yang berada jauh di
belahan lain Amerika, terdapat industri manufaktur dan jasa yang menyediakan
layanan ke dunia luas dengan memanfaatkan sistem outsourcing dan –lebih hebat
lagi- dikerjakan secara virtual, tanpa terjadi pertemuan antara penyedia jasa
maupun penerima layanan.
Sebuah perusahaan teknologi informasi di India
bernama "Infosys Technologies Limited" yang dikelola oleh
Nandan Nilekani memberi penggambaran akan “datar”nya dunia melalui transformasi
teknologi yang dikembangkan disana. Sesuatu yang bahkan tidak pernah
terbayangkan akan ada di India, negara dengan distribusi kesejahteraan sosial
yang cenderung (masih) dianggap tidak merata. Infosys yang memiliki tingkat
keamanan sangat ketat membuat software untuk perusahaan Amerika dan
Eropa, selain itu juga menjalankan tugas-tugas administrasi pendukung untuk
perusahaan multinasional yang berpusat di Amerika atau Eropa, mulai dari
pemeliharaan komputer hingga proyek penelitian khusus, bahkan menjawab berbagai
telepon pelanggan terkait teknologi yang disambungkan langsung ke Infosys.
Perusahaan ini memiliki pusat konferensi global
dengan fasilitas telekonferensi jarak jauh dilengkapi berbagai kamera untuk
media komunikasi, serta layar besar yang tersusun dari empat puluh layar
digital. Pusat konferensi ini digunakan sebagai media komunikasi antara Infosys
dengan klien maupun pelaku utama usaha dari seluruh rangkaian rantai pasok
global untuk proyek manapun, dimanapun, dan kapanpun. Sebagai ilustrasi,
Friedman menjelaskan bahwa pada waktu yang sama para perancang di Amerika bisa
berbicara langsung dengan pembuat perangkat lunak di India serta para pemilik
pabrik di Asia.
Ruang konferensi dilengkapi fasilitas penunjuk
waktu berupa delapan jam dinding yang masing-masing menunjukkan rentang waktu
dunia, antara lain US West, US East, GMT, India, Singapore, Hongkong, Japan,
dan Australia merupakan alat bantu utama yang mencerminkan jam kerja Infosys
yakni 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun. Sebuah refleksi atas
sistem kerja global yang semakin memungkinkan bagi banyak orang bekerjasama
sekaligus bersaing dalam lebih banyak bidang kerja, diatas pijakan yang lebih
setara melalui komputer, email, jaringan serat optik, konferensi jarak jauh,
serta perangkat lunak yang dinamis.[1]
Tidak hanya itu, pertemuan Friedman dengan
seorang bernama Jaithirth Rao atau yang akrab disapa Rao juga mengejutkannya.
Betapa tidak, Rao, akuntan yang baru ditemuinya di Bangalore di beberapa malam
awal perjalanannya ke India, rupanya adalah seorang yang menjalankan usaha
outsourcing dalam bidang pekerjaan akuntansi dan telah memberi layanan bagi
banyak perusahaan maupun pemerintah federal dan negara bagian manapun di
Amerika. Perusahaan Rao telah menjalin kerjasama dengan perusahaan akuntan
publik besar maupun kecil di Amerika, serta mengerjakan laporan keuangan
menggunakan sistem work flow software (perangkat lunak alur kerja) bagi
berbagai klien perusahaan Amerika tersebut dengan software yang diciptakan
dan diprakarsai oleh perusahaan Rao. Software ini bekerja dengan sistem
yang sangat apik dan aman, sehingga walaupun penghitungan pajak dilakukan di
India, namun data tetap tersimpan di Amerika untuk menjaga tingkat
kerahasiaannya. Para akuntan di India hanya dapat mengerjakan data yang
terlihat di layar, tanpa dapat melakukan ungguh (download) atau cetak[2]
karena program software tidak memungkinkan hal tersebut.
Hal menarik lain yang ditemukan oleh Friedman di
Balangore, India Selatan adalah adanya sebuah pusat layanan informasi milik
seorang India yang diberi nama "24/7 Customer". Pusat layanan
informasi ini berada di sebuah gedung yang terdiri dari beberapa lantai dengan
jumlah seluruh pekerja berkisar 2.500 orang yang melayani dua macam pembagian kerja,
yakni sebagai operator outbound dan inbound. Operator outbound
bertugas menawarkan berbagai macam barang melalui telepon, sedangkan
operator inbound bertugas melayani telepon untuk layanan pelanggan,
mulai dari bantuan melacak bagasi yang hilang bagi konsumen untuk penumpang
perusahaan penerbangan Amerika dan Eropa, hingga memecahkan permasalahan
komputer untuk pelanggan -di Amerika sebagai contoh- yang kebingungan. Para
pekerja "24/7 Customer" diwajibkan untuk mengikuti pelatihan
fonetik sehingga dapat secara sigap berkomunikasi dengan pelanggan menyesuaikan
aksen bahasa setempat (berbagai aksen bahasa di seluruh dunia-red), sekaligus
berlatih agar tetap menjaga keramahan dan kesopanan, sekalipun menghadapi
pelanggan yang kasar atau marah. Sesuai dengan ilustrasi yang diberikan oleh
Friedman dalam bukunya adalah[3]
“… bagaimana seseorang berlogat India mencoba
menirukan gaya orang Amerika atau Inggris. Bayangkan pula bahwa betapa pun
kasar, kecewa,marah atau kerasnya suara di seberang saluran telepon, para
pemuda India ini tidak sekejap pun berhenti atau gagal bersikap sopan.”
Dengan susunan kalimat narasi yang mengalir apik,
Friedman tidak hanya menginformasikan tinjauan lapangan dengan baik, namun
mengajak pembaca memahami alur setting lokasi serta turut tergugah dengan
penemuan empirisnya di India. Selain itu analisa mendalam tentang masalah
krusial yang dialami dunia saat ini, tidak hanya dari segi teknologi namun juga
sisi sosial, politik, ekonomi, serta budaya di beberapa bab berikutnya, menegaskan
bahwa Friedman benar-benar menelaah secara jenius cara pandang dunia “datar”
secara komprehensif.
Kekayaan data dan kompleksitas sumber primer
empiris yang dihimpun berhasil mendukung terciptanya bangunan informasiyang
kokoh. Tidak hanya itu, hubungan baik dengan semua narasumber yang tercermin di
setiap pembahasan mendukung terbentuknya informasi yang akurat bagi buku ini,
serta menjadi bukti nyata kualitas Friedman sebagai pemenang tiga kali Pulitzer
Award.
Berawal dari pengalaman di Balangore yang sangat
menarik itulah Friedman memulai pendokumentasian serta telaah mengenai realita
sekaligus kekaguman atas sistem kerja global di dunia yang “datar” melalui buku
“The World Is Flat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar