Rabu, 20 November 2013

THE WORLD IS FLAT Sejarah Ringkas Abad Ke-21


Judul : THE WORLD IS FLAT Sejarah Ringkas Abad Ke-21
Penulis: Thomas L. Friedman
Penerbit : Dian Rakyat
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp 100.000

Pemesanan : 
sms 08122742231
pin BB: 234FB00C
email : empu_online@yahoo.com

TERJUAL

Sinopsis

Buku yang ditulis oleh Thomas Friedman, seorang reporter dan penulis kolom hubungan luar negeri di harian The New York Times, ini merupakan sebuah penggambaran yang komprehensif dan deskriptif mengenai realita atas dunia yang “rupanya datar”. Diawali pada tahun 2000an saat melakukan perjalanan kerja ke Bangalore, India Selatan bersama empat orang rekan dari siaran televisi Discovery Times, Friedman dikejutkan dengan serangkaian fakta bahwa di sebuah wilayah kecil pada negara yang berada jauh di belahan lain Amerika, terdapat industri manufaktur dan jasa yang menyediakan layanan ke dunia luas dengan memanfaatkan sistem outsourcing dan –lebih hebat lagi- dikerjakan secara virtual, tanpa terjadi pertemuan antara penyedia jasa maupun penerima layanan.

Sebuah perusahaan teknologi informasi di India bernama "Infosys Technologies Limited" yang dikelola oleh Nandan Nilekani memberi penggambaran akan “datar”nya dunia melalui transformasi teknologi yang dikembangkan disana. Sesuatu yang bahkan tidak pernah terbayangkan akan ada di India, negara dengan distribusi kesejahteraan sosial yang cenderung (masih) dianggap tidak merata. Infosys yang memiliki tingkat keamanan sangat ketat membuat software untuk perusahaan Amerika dan Eropa, selain itu juga menjalankan tugas-tugas administrasi pendukung untuk perusahaan multinasional yang berpusat di Amerika atau Eropa, mulai dari pemeliharaan komputer hingga proyek penelitian khusus, bahkan menjawab berbagai telepon pelanggan terkait teknologi yang disambungkan langsung ke Infosys.

Perusahaan ini memiliki pusat konferensi global dengan fasilitas telekonferensi jarak jauh dilengkapi berbagai kamera untuk media komunikasi, serta layar besar yang tersusun dari empat puluh layar digital. Pusat konferensi ini digunakan sebagai media komunikasi antara Infosys dengan klien maupun pelaku utama usaha dari seluruh rangkaian rantai pasok global untuk proyek manapun, dimanapun, dan kapanpun. Sebagai ilustrasi, Friedman menjelaskan bahwa pada waktu yang sama para perancang di Amerika bisa berbicara langsung dengan pembuat perangkat lunak di India serta para pemilik pabrik di Asia.

Ruang konferensi dilengkapi fasilitas penunjuk waktu berupa delapan jam dinding yang masing-masing menunjukkan rentang waktu dunia, antara lain US West, US East, GMT, India, Singapore, Hongkong, Japan, dan Australia merupakan alat bantu utama yang mencerminkan jam kerja Infosys yakni 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun. Sebuah refleksi atas sistem kerja global yang semakin memungkinkan bagi banyak orang bekerjasama sekaligus bersaing dalam lebih banyak bidang kerja, diatas pijakan yang lebih setara melalui komputer, email, jaringan serat optik, konferensi jarak jauh, serta perangkat lunak yang dinamis.[1]

Tidak hanya itu, pertemuan Friedman dengan seorang bernama Jaithirth Rao atau yang akrab disapa Rao juga mengejutkannya. Betapa tidak, Rao, akuntan yang baru ditemuinya di Bangalore di beberapa malam awal perjalanannya ke India, rupanya adalah seorang yang menjalankan usaha outsourcing dalam bidang pekerjaan akuntansi dan telah memberi layanan bagi banyak perusahaan maupun pemerintah federal dan negara bagian manapun di Amerika. Perusahaan Rao telah menjalin kerjasama dengan perusahaan akuntan publik besar maupun kecil di Amerika, serta mengerjakan laporan keuangan menggunakan sistem work flow software (perangkat lunak alur kerja) bagi berbagai klien perusahaan Amerika tersebut dengan software yang diciptakan dan diprakarsai oleh perusahaan Rao. Software ini bekerja dengan sistem yang sangat apik dan aman, sehingga walaupun penghitungan pajak dilakukan di India, namun data tetap tersimpan di Amerika untuk menjaga tingkat kerahasiaannya. Para akuntan di India hanya dapat mengerjakan data yang terlihat di layar, tanpa dapat melakukan ungguh (download) atau cetak[2] karena program software tidak memungkinkan hal tersebut.


Hal menarik lain yang ditemukan oleh Friedman di Balangore, India Selatan adalah adanya sebuah pusat layanan informasi milik seorang India yang diberi nama "24/7 Customer". Pusat layanan informasi ini berada di sebuah gedung yang terdiri dari beberapa lantai dengan jumlah seluruh pekerja berkisar 2.500 orang yang melayani dua macam pembagian kerja, yakni sebagai operator outbound dan inbound. Operator outbound bertugas menawarkan berbagai macam barang melalui telepon, sedangkan operator inbound bertugas melayani telepon untuk layanan pelanggan, mulai dari bantuan melacak bagasi yang hilang bagi konsumen untuk penumpang perusahaan penerbangan Amerika dan Eropa, hingga memecahkan permasalahan komputer untuk pelanggan -di Amerika sebagai contoh- yang kebingungan. Para pekerja "24/7 Customer" diwajibkan untuk mengikuti pelatihan fonetik sehingga dapat secara sigap berkomunikasi dengan pelanggan menyesuaikan aksen bahasa setempat (berbagai aksen bahasa di seluruh dunia-red), sekaligus berlatih agar tetap menjaga keramahan dan kesopanan, sekalipun menghadapi pelanggan yang kasar atau marah. Sesuai dengan ilustrasi yang diberikan oleh Friedman dalam bukunya adalah[3] 

“… bagaimana seseorang berlogat India mencoba menirukan gaya orang Amerika atau Inggris. Bayangkan pula bahwa betapa pun kasar, kecewa,marah atau kerasnya suara di seberang saluran telepon, para pemuda India ini tidak sekejap pun berhenti atau gagal bersikap sopan.”

Dengan susunan kalimat narasi yang mengalir apik, Friedman tidak hanya menginformasikan tinjauan lapangan dengan baik, namun mengajak pembaca memahami alur setting lokasi serta turut tergugah dengan penemuan empirisnya di India. Selain itu analisa mendalam tentang masalah krusial yang dialami dunia saat ini, tidak hanya dari segi teknologi namun juga sisi sosial, politik, ekonomi, serta budaya di beberapa bab berikutnya, menegaskan bahwa Friedman benar-benar menelaah secara jenius cara pandang dunia “datar” secara komprehensif.

Kekayaan data dan kompleksitas sumber primer empiris yang dihimpun berhasil mendukung terciptanya bangunan informasiyang kokoh. Tidak hanya itu, hubungan baik dengan semua narasumber yang tercermin di setiap pembahasan mendukung terbentuknya informasi yang akurat bagi buku ini, serta menjadi bukti nyata kualitas Friedman sebagai pemenang tiga kali Pulitzer Award.

Berawal dari pengalaman di Balangore yang sangat menarik itulah Friedman memulai pendokumentasian serta telaah mengenai realita sekaligus kekaguman atas sistem kerja global di dunia yang “datar” melalui buku “The World Is Flat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar