Rabu, 22 Januari 2014

Redefinisi Subjek dalam Kebudayaan



Judul : Redefinisi Subjek dalam Kebudayaan
Penulis: Thomas Kristiatmo
Penerbit : Jalasutra
Kondisi : Baru

Harga buku: Rp 40.000

Pemesanan : sms 08122742231/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/

Sinopsis

SAAT ini kita sering mendengar berbagai klaim yang menyatakan matinya segala sesuatu: matinya ekonomi, matinya ideologi, matinya filsafat, matinya sastra, dan yang paling provokatif adalah klaim bahwa "Subjek sudah coati". Klaim tersebut bisa berbentuk otonomi `tulisan' (Derrida, Barthes), atau kepentingan berbagai 'struktur kekuasaan' (Foucault), maupun 'tubuh tanpa organ' (Deleuze & Guattari). Wacana-wacana semacam ini kemudian berkembang dalam berbagai kerumitan abstraksinya.

Dalam situasi seperti itu, tampillah Slavoj Zizek yang malah membetot kembali segala wacana rumit tersebut kembali ke kehidupan nyata sehari-hari. Zizek berbicara ihwal 'subjek' Berta mendudukannya kembali sebagai sentral. lbarat senjata makan tuan, Zizek melakukan pembalikan tersebut justru dengan menggunakan pemikiran yang telah menyebabkan kematian subjek itu sendiri, yaitu tradisi Strukturalisme.


Sebagai pemikir yang melawan arus, Zizek seringkali hanya dipandang sebagai figur eksentrik atau reaksioner, dengan gaga menulis yang genit. Zizek memang gemar bicara tentang perkara teoretis yang sublim dan pelik dengan memadukannya pada berbagai gejala budaya pop. Misalnya membahas dekonstruksi filosofis dengan mengaitkannya pada film Alien'; semacam bicara ihwal musik klasik dengan mengacu pada dangdut. Buku ini merupakan sebuah upaya fasih dan renyah untuk menampilkan pemikiran yang ditawarkan Zizek secara ringkas, padat namun cukup menyeluruh. Penulisnya, Thomas Kristiatmo, berhasil mencairkan kerumitan wacana Lacanian pada karya-karya Zizek, menyiangi segala kegenitannya yang talk perlu dan lantas secara kritis dan kreatif mendudukannya pada konteks permasalahan budaya hari ini.

Buku ini penting bagi mereka yang ingin melangkah keluar dari belenggu wacana postrukturalisme atau postmodernisme, yang memang cenderung berjalan berputar-putar di tempat. Dan di negeri ini orang memang sedang heboh berebut untuk berperan dan dianggap sebagai subjek, sementara otoritas kebudayaan yang menyediakan pola dasar artikulasinya justru sedang berantakan, buku Kristiatmo ini memungkinkan pencerahan tersendiri. (Bambang Sugiharto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar