Penulis: Okta Kinanjaya dan
Waskito Giri S.
Penerbit : Indonesia
Berdikari
Kondisi : Baru
Harga buku: Rp 35.000
Pemesanan
: sms 08122742231/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/
Sinopsis
Perang tembakau secara global sudah berlangsung
lama, bahkan sejak Perang Dunia. Kini kelompok yang menamakan diri anti-rokok
semakin kuat menancapkan kukunya, lewat berbagai regulasi yang dibuat di
sejumlah negara. Regulasi-regulasi itu turut didorong oleh Badan Kesehatan
Dunia WHO, terutama lewat Framework Convention on Tobacco Control atau FCTC.
Sayangnya, tidak serta-merta apa yang ada di dalam FCTC itu bertujuan mulia
demi kesehatan. Ada tujuan-tujuan terselubung di balik upaya pengendalian
tembakau di seluruh dunia, yang muaranya adalah sebuah pertarungan kapitalis
global untuk memperbutkan pasar tembakau.
Lebih jauh, isi klausul FCTC ternyata lebih
berbicara ‘pokok-soal’ pengendalian suplai tembakau pada tingkat hulu,
pengendalian produksi dan distribusi pada tingkat hilir, beserta serangkaian
kebijakan pendanaan sektor keuangan di tingkat global, daripada secara serius
bermaksud sungguh-sungguh mewujudkan sistem kesehatan yang terjangkau oleh
seluruh masyarakat dunia. Berbagai pengaturan FCTC secara restriktif jelas
memprasyaratkan adanya modal besar dan teknologi tinggi. Misalnya skema
kebijakan cukai tinggi maupun suplai tembakau jenis nikotin dan tar rendah yang
sarat rekayasa sains dan teknologi tinggi. Dengan begitu traktat FCTC adalah
rezim standarisasi yang beroperasi dengan nalar pembatasan (regulated). Isu
tujuan kesehatan masyarakat dunia adalah sekadar retorika, kamuflase atau kemasan
argumentasi.
Akhirnya muncul paradoks atau ambivalensi atau
standar ganda dari FCTC ini. Ada beberapa fakta signifikan :
• tingkat
konsumsi tembakau dunia dari tahun ke tahun terus meningkat.
•
meningkatnya fenomena merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan rokok nasional
di beberapa negara berkembang oleh perusahaan-perusahaan rokok multinasional
negara-negara maju.
• Amerika
Serikat sebagai negara produsen tembakau terbesar di dunia setelah China,
Brazil dan India, ternyata justru memberikan serangkaian kebijakan proteksi
pada industri tembakaunya. Dan AS belum meratifikasi FCTC.
Siapa dan apakah kepentingan sesungguhnya dari
perang tembakau ini? Sebutlah salah satu eksponennya ialah lembaga Bloomberg
Initiative yang bermarkas di AS. Lembaga ini menyalurkan dana ratusan juta
dolar kepada banyak LSM, ormas, universitas maupun lembaga pemerintah, untuk
mendorong proses ratifikasi atau adopsi konvensi FCTC ke dalam
perundang-undangan nasional pada lebih dari 50 negara berkembang dan miskin,
termasuk Indonesia.
Di sisi lain kita saksikan adanya kepentingan
industri farmasi terhadap pangsa pasar nikotin global. FCTC adalah regulasi
yang mewadahi kepentingan ekspansi industri obat global. Tulisan Wanda Hamilton
dalam “Nikotine War”, misalnya, telah membuka tabir kepentingan sesungguhnya
perusahaan-perusahaan farmasi multinasional di balik gencarnya kampanye anti
tembakau global. Bahkan Hamilton mencatat, sejalan kepentingan bisnis nikotin
global ini adalah bukan sesuatu yang haram bagi perusahaan multinasional
farmasi dan rokok, dua entitas yang seolah-olah saling menegasikan satu sama
lain ternyata saling berkonsolidasi dan bersinergi kepentingan modal.
Jika kita pertajam lagi pertanyaannya, maka
jejaring kekuatan modal apa sajakah yang bertitik temu pada sosok Micheal
Bloomberg, pendiri Bloomberg Initiative? Kemudian siapa-siapa saja industri
farmasi yang berada di balik perang ini? Dan bagaimanakah selingkuh itu
terjadi?
Buku Muslihat Kapitalis Global mencoba mengurai
ribuan benang kusut sleingkuh kapitalis global ini yang mengangkat tema besar :
Perang Terhadap Tembakau. Bedah buku ini diharapkan mampu membuka benang kusut
itu, dan memberikan gambaran terang bagi kita tentang apa sebenarnya yang
sedang terjadi. Dan pada akhirnya, bagaimana posisi Indonesia, sebagai sebuah
entitas, sebagai sebuah negara penghasil tembakau, yang masyarakatnya
mengkonsumsi produk tembakau, yang memberikan kontribusi bagi perekonomian
nasional, di dalam pertarungan global tersebut?