Membedah Wacana dan Praktik
Nasionalisme bagi Rakyat Kecil dari PNI sampai PDI Perjuangan
Penulis: Retor A.W. Kaligis
Kata Pengantar : Joko Widodo
(Jokowi)
Penerbit : Marjinkiri
Kondisi : Baru, Tersegel
Harga buku: Rp. 60.000
Pemesanan
: sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/
Sinopsis
Tidak seperti sejarah
nasionalisme bangsa-bangsa Eropa yang lebih didasarkan pada kesamaan bahasa
atau suku, nasionalisme Indonesia lahir di atas fakta keanekaragaman suku,
bahasa, budaya, dan keyakinan, yang dipersatukan oleh suatu rasa senasib
sepenanggungan sebagai bangsa terjajah. Dengan demikian, maka proyek keadilan
sosial dan pembebasan dari kemiskinan adalah bagian integral dari nasionalisme
Indonesia. Tapi bagaimanakah partai-partai nasionalis memaknai upaya pembebasan
rakyat kecil ini sepanjang sejarahnya?
Jika kita runut dari sejarah,
maka kita harus mulai dari PNI. PNI memakai istilah “marhaen” sebagai upaya
indentifikasi mereka pada rakyat kecil. Istilah “marhaen” sendiri dipopulerkan oleh Soekarno sebagai
reaksi atas kebijakan pemerintah Hindia Belanda menggencarkan liberalisasi
ekonomi melalui pembukaan sektor perkebunan dan pertambangan bagi kapitalisme asing.
Sementara istilah “wong cilik”
mulai dipopulerkan PDI pada akhir tahun 1980an sebagai reaksi atas kebijakan
ekonimi orde baru yang melahirkan konglomerasi Indonesia, dan masih terus
digunakan oleh PDI Perjuangan pasca Orde Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar