Rabu, 15 Oktober 2014

Kebudayaan, Negara dan Pembebasan



Judul : Kebudayaan, Negara dan Pembebasan
Penulis: Mao Tse-Tung
Penerbit : Desantara
                Tahun Terbit : 2003
Penerjemah : Tim Desantara
Kondisi : Segel

Harga buku: Rp. 35.000

Pemesanan : sms 085878268031/ pin BB: 234FB00C/email : empu_online@yahoo.com/

Sinopsis

Kebudayaan yang merupakan sumber utama sistem atau tata-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat bukan saja mencerminkan kebudayaannya, tetapi juga menentuaj atau membentuk sikap mentalnya (atau yang disebut sebagai pola pikir) yang selanjutnya terpantul dalam pola tingkah-lakunya sehari-hari dalam berbagai segi kehidupan, seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, ilmu pengetahuan dan lainnya. Dan di Tiongkok (China sekarang) ada tiga kebudayaan yang menunjukkan berkuasanya kelas tertentu. Tiga kebudayaan itu saling tarik menari. Pertama, kebudayaan kelas feodal-para tuan tanah. Kedua, kebudayaan kelas borjuis.Ketiga, kebudayaan baru yang melawan penindasan, imperialisme, menjunjung kehormatan dan kemerdekaan nation Tiongkok.Ia bersatu dengan kebudayaan sosialis dan kebudayaan demokrasi baru dari bangsa-bangsa lain, mengadakan hubungan dengan mereka untuk saling menerima dan mengembangkan, dan bersama-sama membangun kebudayaan yang menjunjung keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat banyak.


Tiga kebudayaan ini berusaha untuk menjadi kebudayaan nasional, namun menurut Mao Tse Tung yang hendak dijadikan kebudayaan nasional Tiongkok adalah yang ketiga karena memihak pada kepentingan rakyat banyak, anti terhadap imperialisme yang dilancarkan oleh kaum kapitalis anti terhadap feodalisme yang di praktikan para tuan tanah (penguasa) lokal. Feodalisme menghalalkan despotisme, sehingga hanya segelintir orang yang merupakan “kerabat’ nya yang bisa mengakses berbagai instrumen yang dapat menggapai kesejahteraan. Sedang mereka yang bukan kerabat dimarjinalkan dan dieskploitasi.

Kebudayaan yang ada di tiongkok seperti dibeber di dalam buku ini dapat dijadikan cermin untuk melihat kita, Indonesia. Dimana negara berusaha menyeragamkan pola pikir melalui sekolah dengan memberikan pelajaran yang sesuai selera negara dan mengontrol semua produk kebudayaan rakyat dengan menciptakan kebudayaan nasional, yaitu suatu konsep abstrak yan terus diimajinasikan, dicari0cari bentuknya dan diperebutkan gambaran dan maknanya. Kebudayaan nasional sebagai hasil seleksi dari berbagai kebudayaan rakyat. Hasil seleksi itulah yang kemudian dijadikan kebudayaan nasional. Sedangkan kebudayaan rakyat yang (dianggap) tidak seiring dengan kebudayaan nasional disisihkan. Akhirnya kebudayaan yang (di)hadir(kan) tidaklah netral, melainkan ditunggangi berbagai kepentingan, namun yang perlu dicamkan adalah, seperti diungkapkan Mao Tse Tung, adalah kebudayaan itu harus memihak rakyat banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar